Selasa, 30 November 2010

Pesta perpisahan sekolah

Akhirnya sampailah pada batas bahwa kita mesti mengakhiri suatu hal dan memulai dengan yang baru. Demikian aku dalam sekolah, SMU kulalui dan segera kumasuki Universitas. Meski demikian selalu ada yang membuat kita tak bisa meninggalkan kenangan yang pernah kita goreskan tak peduli dimana, seperti juga disekolahku, teman-temanku, dsb. dsb. Melankolis banget, tapi itu fakta, tak bisa dipungkiri lagi, sorry kata-kata itu aku dapat dari Mas Gigis, teman sekosan di Solo.

Ceritanya begini, kebiasan sekolah, yang lebih tepat dilakukan sebagai keselaluan, karena selalu dilakukan setelah lulus, yaitu perpisahan sekolah, tak peduli pakai pesta atau tidak, ramai-ramai atau sederhana, pasti sekolah manapun melakukannya. Demikian juga sekolahku, bahkan setelah pesta meriah di sekolah tiap-tiap kelas membikin pesta tersendiri untuk masing-masing kelas. Kelasku lumayan juga rupanya, hanya dengan modal dana iuran kelas yang selalu ditarik tiap bulan dapat digunakan pesta di sebuah Villa, bukan menyewa sih, tapi gratisan milik Vera, temanku yang paling kaya.

Setelah teman sekelas yang jumlahnya 40, tetapi yang hadir hanya 32 anak itu sudah berkumpul di Villanya Vera Minggu, pukul 14.00, acara pun dimulai, dihadiri walikelas kami, satu persatu acara dilangsungkan. Satu jam pertama diisi dengan acara seremonial yang menjemukan, disusul acara makan dan santai sambung rasa sampai dua jam berikutnya. Kemudian acara hiburan yang khusus dimainkan oleh kami-kami sendiri selama satu jam. Tepat pukul 18.00 istirahat sebentar sebelum acara konyol dan ngocol yaitu perlombaan-perlombaan gila. Ini juga karena sudah pamit pulangnya walikelas, sehingga praktis acara makin bebas karena tidak ada yang mengawasi lagi.

Begitu acara lomba dimulai sepertinya akan banyak kejadian yang tak terduga yang akan terjadi, wajarlah anak-anak muda. Dan benar saja, acara yang disuguhkan benar-benar gila, seperti cewek-cowok penampilan paling keren, cewek berbibir terseksi, cewek dengan payudara terindah, cewek dengan betis terindah, juga cowok dengan kelamin terbesar, cewek-cowok terseksi dan cewek-cowok dengan adegan paling panas yaitu tarian tererotik.

Bisa dibayangkan bagaimana suasana yang terjadi saat itu, meski semuanya belum tentu setuju terhadap acara-acara yang berlangsung, tetapi kita sepakat untuk yang terakhir kali bertemu semua bersedia memeriahkan acara demi acara. Bahkan disela-sela acara acara ada saja yang mencuri kesempatan, seperti ciuman atau adegan pelukan mesra bahkan saling meraba atau memang sengaja untuk merangsang membangkitkan gairah karena memang dibutuhkan untuk penampilan perlombaan, sehingga membuat acara benar-benar memanas karena gelora anak anak muda yang sedang bergairah.

Setelah acara lomba itu sebenarnya adalah pesta kolam renang, tapi sebelumnya diumumkan pemenang perlombaan yang penilaian berdasarkan pilihan terfavorit dari kita-kita sendiri. Lumayan, aku dapat satu gelar, cowok terseksi, cewek terseksi dimenangkan sang ketua, Nova, bibir terseksi dimenangkan Vera, si tuan rumah, cewek-cowok berpenampilan paling keren didapat Deni dan Nita, sepasang kekasih, yang malam itu benar-benar kompak dan serasi penampilannya, cewek dengan betis terindah jadi milik Tika yang masih ada darah bulenya, cewek dengan payudara terindah dimenangkan Desy, dan pemenang kategori cowok dengan kelamin terbesar adalah Fery, yang sampai-sampai celana dalamnya gak muat, sedangkan pemenang lomba paling hot yaitu tarian tererotis dimenangkan oleh pasangan kekasih, Erik dan Sinta yang waktu itu benar-benar gila karena mereka dengan beraninya berduet telanjang bulat menari-nari seiring lagu-lagu latin yang diputarkan. Benar-benar acara yang sangat meriah.

Bahkan acara pesta kolam renang yang sebenarnya hanya acara santai dengan makan atau sekedar minum di kolam renang sambil ngobrol-ngobrol, jadi seru setelah Nova membacakan pengumuman itu dari pinggir kolam sedangkan yang lain berada di air. Tetapi karena banyak teman-teman yang norak dengan melepaskan pakaian mereka dan berenang tanpa pakaian, sehingga membuat suasana jadi riuh penuh jeritan dan benar-benar gila, Melihat gelagat yang menjurus ke pesta sex, seperti itu sang ketua memberi peringatan dan beberapa persyaratan yang mesti dipatuhi, diantaranya adalah tidak boleh ada pemaksaan seksual, tidak boleh membahayakan teman yang lain, Kalau terjadi hubungan seks sebisa mungkin memakai kondom, dan yang terakir sperma tidak boleh dikeluarkan disembarang tempat lebih-lebih dikeluarkan dalam vagina, jika dilakukan Sang ketua mengancam dengan hukuman berat. Nova pun mengambilkan dua baskom kaca besar dari dalam rumah dan diletakkan di ujung kolam renang sebagai tempat sperma. Setelah itu dia mengatakan merubah acara pesta kolam renang menjadi acara bebas.

Semua yang diair langsung bersorak-sorai, hingga ada yang melempar CD atau BH mereka keatas, mereka pun ada yang langsung naik dari air untuk mencari tempat yang enak untuk berkencan, bagi yang tak ingin terlibat melakukan seks memilih tetap didalam air atau diatas pelampung sambil minum atau makan atau duduk-duduk dipinggir kolam atau memilih jalan-jalan saja melihat-lihat apa yang teman lakukan, sambil ngobrol ngalor ngidul mengomentari apa yang mereka lakukan, seperti yang aku lakukan sama Fery. Kadang kami juga ikutan menyemangati mereka meski setelah itu bahu kami terangkat tanda aneh saja atas perilaku mereka.

Tak lama berselang sudah terlihat adegan-adegan porno, yang paling ringan adalah beberapa teman sekadar menari-nari sambil telanjang tidak cewek tidak cowok sama saja atau ada yang berjejeran duduk dipinggir kolam sambil onani bareng-bareng, kadang mereka berganti tangan memegangi kontol sehingga terlihat lucu, tapi itu tak berlangsung lama karena satu persatu berlarian ke baskom megeluarkan sperma mereka.

Terlihat juga Rio yang tiduran di kursi jemur di oral oleh Tika sedangkan dari belakang Dedy mengocokkan kontolnya penuh semangat di memeknya, tak ketinggalan Nova dan Vera yang memainkan gaya Lesbian, Erik dan Sinta juga tak mau kalah, mereka melakukan seks diatas pelampung, mereka memainkan banyak gaya diatas pelampung ditonton banyak teman-temannya, juga ada Anna yang tergeletak di lantai membiarkan tubuhnya dikerubuti beberapa cowok, tapi Anna tidak memperbolehkan vaginanya dimasuki penis teman-teman cowok, atau Ivan yang bagai seorang Raja, tubuh bulenya dijilati dan digerayangi beberapa cewek, jadi lucu karena baru beberapa menit dia harus berlari ke baskom karena Nina mengocok kontolnya terlalu keras sehingga dia tidak bisa menahan spermanya keluar, bahkan Aldi dan Rendy berani beradegan homo dengan saling menghisap kontol masing-masing dan melakukan seks lewat anus secara bergantian. Atau adegan yang ditunjukkan oleh Rina dengan memperbolehkan teman-temannya yang cowok untuk mencoba vaginanya sampai puas, mungkin ini adegan yang dianggap paling gila, tapi ini tidak berlangsung lama karena dia keburu kelelahan karena melayani lima orang secara bergantian.

Aku dan Fery hanya berputar-putar melihat yang teman-teman lakukan, sambil geleng-geleng kepala. Pokoknya adegan yang ada di blue film sebagain besar terjadi di Villa itu. Mereka yang melakukan terlihat senang, dan yang melihatpun senang meski kadang sambil berjeritan atau menelan ludah. Tapi akhirnya Fery tak tahan juga melihat Della, gadis imut pujaan hatinya memintanya mengoralnya, Fery pun setuju, setelah memuaskannya nafsunya tak terbendung, dengan setengah berlari dia menuju ke baskom terdekat dan memuncratkan spermanya disana.

Setelah suasana agak mereda, tak disangka-sangka para cewek berkumpul dan kembali ke pinggir kolam renang dengan membawa dua baskom kaca besar yang berisi cairan sperma. Acaranya adalah adu cepat mengeluarkan sperma bagi cowok dengan dirangsang oleh cewek, pasangan ditentukan dengan cara diundi, bagi yang kalah mendapat hukuman meminum sperma yang ada baskom masing-masing satu sendok makan ditambah meneruskan sampai keluar sperma, wuh gila. Kebetulan banget jumlah kami yang datang pas berpasangan, sebenarnya jumlahnya 40 anak, 16 cewek dan 24 cowok, tetapi karena 8 cowok tidak hadir karena harus mengikuti tes TNI atau sekolah yang lebih dulu tes.

Undian dimulai, tampil perdana adalah Deni dan Desy lawan Fery dan Cindy, Cindy tak begitu sulit mengeluarkan spermanya Fery untuk mengalahkan Deny dan Desy, karena Deny sudah habis-habisan mengeluarkan spermanya bersama Nita, sedang Fery hanya sekali keluar sperma, alhasil duet Deny dan Desy harus meneguk sperma dari baskom. Disusul Riko dan Nita lawan Erik dan Sinta, Riko menang mudah karena selama pesta dia tidak mengeluarkan spermanya ditambah faktor Nita yang pengalaman, bahkan dengan beberapa kali kocokan saja dari Nita, Riko sudah tidak bisa menahan spermanya muncrat, sementara Sinta meski mengerahkan segala cara kesulitan mengeluarkan sperma pacarnya tersebut, baru sesaat lomba hampir selesai sperma Erik keluar juga.

Kemudian Ivan dan Nina dan lawan Rendy dan Della, ini merupakan pertarungan paling lama karena Ivan dan Rendy sama-sama sudah mengeluarkan sperma, Ivan keluar waktu kontolnya dikocok sama banyak cewek di kursi sedangkan Rendy saat main sama Aldy tapi akhirnya Ivan memenangi pertarungan meski dalam jarak waktu yang hampir bersamaan, karena Nina yang memang naksir Ivan tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan Ivan, bahkan sesaat setelah tanda dimulai Nina langsung mengulum penis Ivan dan menghisapnya dalam-dalam sehingga Ivan benar-benar mati kutu dan keluar sperma.

Berikutnya Aldy dan Anna lawan Aku dan Rina, aku jelas yakin menang karena aku selama pesta belum keluar sperma meski kontolku terasa berkedut-kedut terus menyaksikan perilaku teman-teman, makanya aku beri isyarat pada Rina agar santai saja, gak usah pake vagina ataupun dioral penisku pasti keluar sperma dengan cepat sementara Aldy sudah main sama Rendy sedangkan Anna agak merasa jijik terhadap Aldy karena homo, sehingga membuat mereka berdua harus minum sperma dari baskom karena kalah.

Setelah itu Dedy dan Nova lawan Alfin dan Silvi, seharusnya Alfin dan Silvi yang menang karena Alfin belum keluar sperma sama sekali, tetapi keduanya grogi karena baru pertama kali melakukan yang seperti ini bahkan kontol Alfin sulit tegang meski akhirnya keluar juga tapi mereka harus minum sperma dulu, sementara meski Dedy sudah main dan keluar sperma beberapa kali, tetapi Nova tak kehabisan akal, dari pertama dia langsung tancap gas dengan melakukan oral terhadap kontol Dedy yang hitam itu hingga harus keluar sperma untuk ketiga kalinya.

Kemudian Tommy dan Tika lawan Rio dan Vera, ini adalah pertarungan yang sangat ketat, karena Tommy dan Rio hanya sekali keluar sperma waktu onani dipinggir kolam, sedangkan Tika dan Vera sama berpengalaman memainkan kontol, sehingga jadi seru, bahkan Tika dan Vera merelakan kontol Tommy dan Rio masuk ke memeknya demi kemenangan, tapi akhirnya Vera memenangkanya dengan gaya berkuda menaklukkan kontol Rio untuk memuncratkan spermanya dan menang, karena Tika yang sudah kelelahan main dengan Dedy dan Rio hanya pasrah menggunakan gaya missionaris yang mengharuskan Tommy yang bekerja keras sendirian, meski keluar sperma, keduanya harus minum sperma, Tommy sempat muntah-muntah saat minum sperma gara-gara jijik, tapi karena sudah ada perjanjian dia terpaksa harus minum.

Selanjutnya adalah partai cepat karena keempatnya pasangan ini, cowoknya adalah anak-anak baik, sehingga tidak keluar sperma selama pesta. Para laki-laki ini hanya sebagai pemandu sorak saja istilahnya, meskipun ceweknya juga sama sekali belum pernah main-main dengan kelamin laki-laki, tetapi agresifitas merekalah yang membuat menang melawan pasangan lawan, Robin dan Reza menang atas Niko dan Fina, sedangkan Andi dan Ira kalah dari Adi dan Dewi, meski hanya selisih beberapa detik.

Lomba selesai dan menyisakan kelelahan dipihak cowok dan meninggalkan banyak sperma dalam baskom. Tapi begitu dikatakan selesai oleh ketua, para cowok protes, karena pihak cewek semua sudah tahu dan melihat seperti apa kontol mereka, bahkan pernah memeganginya, tetapi pihak cewek belum tentu pernah mendapat perlakuan sama dari cowok.

Akhirnya agar adil diputuskan pasangan undian tadi boleh berganti posisi, cowok boleh merangsang balik si cewek sampai puas, dari sini hanya Erik dan Sinta yang tidak melakukannya karena sudah benar-benar kecapekan bermain dengan pacarnya tersebut. Sedangkan pasangan dadakan yang akhirnya melakukan seks adalah Ivan dan Nina, Ivan yang sedianya hanya melakukan oral terhadap vaginanya Nina akhirnya memasukkan juga penisnya karena tak tahan godaan yang dilakukan Nina. Terlihat Nina begitu senangnya, begitu pula Ivan yang terlihat puas meski agak kecapaian.

Setelah semua kecapekan, satu persatu membersihkan diri dan berkemas. Acara pesta perpisahan itu diakhiri makan bersama, Pukul 23.00 kami membubarkan diri, pulang dengan membawa kenangan masing-masing.

Tamat

Sabtu yang melelahkan

Namaku Cynthia. Ini baru pertama kali aku coba buat ngirim cerita seksku. Sudah sejak 3 tahun lalu, aku selalu "haus seks". Entah itu karena keperawananku yang diambil oleh mantan cowokku ato itu karena libidoku yang besar. Sejak saat itu, aku selalu mencari cowok yang bisa aku ajak nge-seks. Aku tidak peduli itu cowok apa, yang penting dia punya barang yang bisa memuasin aku. Banyak sekali teman teman cowok ku yang datang di apartemenku kalo aku lagi tidak ada kelas. Begitulah hidupku di LA. Sekarang aku mau cerita tentang pengalaman seks ku yang tak terlupakan.

*****

"Hmph, capek nih" umpatku dalam hati.
Hari itu aku kuliah sampai jam 9 malam. Parkiran mobil pun sudah gelap. Sambil melihat kanan kiri, aku pun berlari-lari kecil menuju ke mobilku yang ku parkir di belakang gedung science. Ketika sampai di mobil, HP ku berbunyi. Ternyata si Rei.

"Halo Cyn, lagi ngapain?" tanya si Rei.
"Ini nih, lagi mo pulang baru aja selesai kelas" sahutku sambil menstater mobil.
"Ooh, mo ke sini ga? Kita ntar mo ngadain pesta nih. Kan hari sabtu, masa di rumah aja sih?" Si Rei pun nyerocos.
"Oh ya? Mau donk, kalo gitu gue ke sana sekarang deh" jawabku dengan senangnya.
"OK deh. Bye"

Sejak hidup di LA, aku selalu suka dengan kehidupan malam. Pesta, diskotik ataupun pergaulan bebas. Akupun mulai merapikan rambut dan pakaianku. Kemudian, aku mulai membubuhkan make-up tipis di mukaku. Setalah selesai, aku pun mengendarai mobilku ke tempat Rei. Rei adalah anak orang kaya. Apartemenya yang terletak di daerah BH itu sangat mahal harganya. Aku pun memberhentikan mobilku di depan Liquor Store. Ketika aku turun dari mobil, banyak cowok bule yang melihat dan bersiul kepadaku. Saat itu aku hanya mengenakan rok pendek dan kaos putih ketat. Payudaraku yang berukuran 34 c itu pun tampil kian menggoda. Memang payudaraku cukup besar untuk orang seukuranku. Ketika aku sedang mencari cari liquor kesukaanku, Hp ku pun berbunyi lagi. Ketika kulihat nama Rei, aku segera menjawab. Hanya percakapan kecil yang terjadi, ternyata dia minta dibelikan beberapa botol bir. Aku pun segera mengambil sebotol XO dan 12 botol corona. Setelah membayar, aku pun segera mengemudikan mobilku ke tempat Rei. Dengan kemacetan LA aku pun tiba di tempat Rei setelah setengah jam di mobil. Rei pun menyambut ku dengan gembira. Ketika aku masuk, ternyata tidak ada seorang pun di situ selain aku dan Rei.

"Kok ga ada anak anak? Katanya mo pesta?" tanyaku keheranan.
"Ntar lagi juga pasti datang" jawabnya sambil tersenyum.
"Siapa aja sih?" kejarku.
"Cowok-cowok lah, 7 orang deh kayaknya." katanya sambil berjalan ke dapur.
"Jadi gue cewek sendiri nih?" tanyaku keheranan.
Dengan santainya dia cuma menjawab "Yup, kenapa? Loe ga suka? Kan loe biasanya suka main keroyokan. Apalagi kalo ceweknya cuman loe sendiri."
"Loe gila ya? loe bikin pesta buat cuman ngentotin gue rame rame?" tanyaku dengan kaget.
"Bukannya loe suka kayak gituan, apalagi barang mereka gede gede lagi. Tenang aja, dijamin puas" imbuhnya sambil ketawa nyengir.
Aku cuma diam saja. Rei memang sering nge-seks denganku, tapi kita tidak pacaran. Aku juga pernah nge-seks dengan Rei dan dua temannya. Tapi kali ini TUJUH orang. Aku takut tapi aku juga terangsang. Aku memang sangat suka menjadi pusat perhatian apalagi gangbang. Rei tau itu. Rei tau semua tentang aku. Tapi aku cuma tau sedikit tentang Rei. Dia sangat suka melihat cewek di entot rame rame.

"Kenapa? kok bengong?" tanya Rei sambil mengusap usap tangannya ke pantat kiriku.
"Ga kenapa kenapa kok" jawabku singkat.
Aku memang sudah biasa dengan kelakuan Rei. Tangan Rei yang tadi cuman memegang pantat kiriku, kini meremas remas pantatku dengan kerasnya.
"Udah lah Rei, siapin dulu donk makanan buat pestanya" kataku sambil menepis tangannya.
"Kok gitu sih? Ayo donk kan udah lama gue ga liat loe telanjang" katanya santai.
"Ya udah kalo loe mau, tapi siapin dulu donk makanannya. Habis itu kalo ada waktu gue mau mau aja. Gimana? Mau ga?" tanyaku menggoda.
"Hahaha. Kita cuma makan chips doank kok malem ini. Tuh chipsnya udah ada. Tinggal dibuka doank" katanya sambil memasang muka mesum.
"Iiih, benci gue ama loe" kataku sambil mencuekin muka mesum dia.
"Ya udah gue bikinin salad deh. Mau ga?"
"Bikin lah kalo loe mau" katanya singkat.

Ketika aku membuat salad di meja dapur, tangan tangan Rei menjelajahi pantatku. Aku yang sudah biasa dengan itu cuma mendesah desah kecil. Aku merasakan kedua tangannya mengangkat rok ku sampai ke pinggangku. Dia hanya bersiul ketika melihat pantatku yang penuh. Waktu itu aku memakai G-string jadi dia bisa melihat semuanya. "Auw" jeritku ketika Rei memukul pantatku sambil ketawa. Aku pun meneruskan mengaduk salad ketika dia menurunkan g-stringku sampai ke lantai. Aku segera mengangkat kakiku dan menendang g string itu ke belakang. Aku kira Rei akan segera memasukan penisnya ke dalama memekku, tetapi dia hanya menurunkan rok ku dan merapikannya.

Aku terheran heran ketika dia melakukan itu tapi aku tidak mengatakannya. Kini tangan Rei mulai meraba raba dan meremas payudaraku sambil mulutnya menciumi leherku. Aku hanya melenguh kecil ketika dia meremas payudaraku dengan agak keras. Aku memberhentikan kerjaanku dan mencoba menikmati rangsangan Rei. Rei pun mulai melepas baju ketatku. Rei hanya diam ketika dia melihat tubuhku yang setengah telanjang. Aku yang sudah sangat terangsang mulai memijit mijit penis Rei dari luar celananya. Rei pun melenguh keenakan ketika aku remas remas dan kukocok penisnya perlahan. Rei tidak diam saja, dia langsung melepas behaku dan melemparkannya. Aku yang hanya memakai rok mencoba membuka baju Rei. Tapi Rei cuman menepis tanganku. Rei pun ketawa ketika melihatku kebingungan. Rei pun mulai membungkuk dan mengambil beha dan g stringku yang berserakan di lantai. Kemudian dia berjalan ke kamarnya meninggalkan aku yang kebingungan dan sangat terangsang. Ketika aku tersadar bahwa payudaraku terpampang bebas, aku pun kembali mengenakan kaos putih ketatku. Aku merasa kalau putingku tercetak jelas dengan baju itu. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Rei pun kembali ke dapur dan kulihat bahwa beha dan g stringku telah dia sembunyikan.

"Boleh juga toket loe, lebih keliatan gede lho" katanya sambil meremas remas toketku.
"Mau loe apa sih Rei? Mau ngentot ga sih loe?" tanyaku sudah tidak sabar.
"Oh, loe mau ngentot?" tanya nya dengan muka sok innocent.
Aku pun menjadi malu sendiri. Belum sempat aku menjawab telpon apartement Rei berbunyi. Aku tau kalo teman temannya sudah ada di luar. Mereka cuma minta dibukain pintu saja.
"Nih kalo loe mau ngentot, mending loe sekarang emut kontol gue sampe gue keluar" tantangnya
"Ada tamu Rei" kataku sambil kebingungan.
Rei pun segera memencet tombol untuk membuka pintu apartemen. Apartemen Rei ada di lantai 8.
"Masih ada waktu kok", kata Rei sambil meringis, "ayo mau ga?"
"Ntar kalo mereka liat gimana?" kataku sambil melihat ke pintu.
"Cuek aja lah. Mereka juga udah tau kalo loe suka nge seks, apalagi gue udah kasih tau mereka kalo loe suka di gangbang. Udah nyerah aja, ntar juga loe pasti ngemut kontol mereka juga".

Aku pun hanya diam dan berjongkok di depan dia. Tanganku mulai membuka resletingnya dan ku keluarkan penis dia yang terbilang besar itu. Tanpa ragu ragu, aku pun segera melahap batang itu dan menghisapnya. Rei hanya melenguh kecil sambil menjambak rambutku ketika aku memasukkan penisnya sampai masuk ke tenggorokanku. Aku memang pandai sekali memberi Deep Throat. Ketika aku memberi dia deep throat, Rei pun segera melenguh panjang dan menembakkan air maninya ke mulutku yang langsung kutelan. Aku memang suka menelan air mani cowok. Rei hanya tersenyum ketika aku menjilat jilat batangnya yang perlahan mengecil. Rei pun memasukan senjatanya kembali ke celananya dan aku hanya mengusap bibirku dengan tissue. Tak lama, Pintu apartemen Rei pun terbuka dan masuklah tujuh orang yang tidak aku kenal. Mereka semua berbadan bagus dan bertampang yang lebih dari biasa.
"Halo Rei, siapa tuh ceweknya?" tanya teman si Rei yang akhirnya kuketahui namanya Donny.
"Oh dia Cynthia, temen gue" Kata Rei santai "Kenalan sana"

Singkat kata, aku pun berkenalan dengan mereka semua. Aku tidak bisa mengingat nama mereka semua karena mereka terlalu banyak. Rei pun segera bercakap cakap dengan mereka sementara aku masih di dapur menyiapkan makanan. Ketika aku sedang mencari cari tempat buat chips, aku merasakan ada tangan yang memegang pantat ku. Aku kira itu tangan milik si Rei, jadi aku hanya diam dan meneruskan kerjaanku.

"Hmm, boleh juga pantat loe"
Ketika aku mendegar bahwa itu bukan suara Rei aku pun kaget dan segera menepis tangan itu.
"Pinter juga si Rei kalo cari cewek" ternyata itu si Donny.
"Udah ga usah sok jual mahal, Rei udah ngomong kalo loe itu suka seks" imbuhnya.
Aku sangat sakit kaget ketika dia ngomong secara terus terang. Aku hanya diam saja sambil menunduk malu.
"Loe tau kenapa loe di sini?" tanyanya lagi.
Aku hanya menggelengkan kepala saja.
"Loe itu di sini buat muasin kita kita. Mending loe sekarang ikutin aja apa yang aku bilang ato loe bakalan diperkosa rame rame ama mereka." katanya mengancam.
Aku yang tidak punya pilihan lain hanya mengangguk menurut.
"Hehehehe.. bagus. Sekarang loe temenin mereka ngobrol trus gue bakalan siapin minumannya." suruhnya.

Aku pun hanya mengangguk dan mengambil salad yang tadi aku buat. Ternyata mereka lagi berjudi. Aku tidak tau apa yang mereka mainkan tapi mereka menyuruhku duduk dan ikut main. Mereka pun segera menjelaskan peraturannya. Aku baru tau kalo mereka itu bermain poker, tapi yang menang bisa menyuruh salah satu dari yang kalah untuk melepas baju. Aku pun mengiyakan aja meskipun aku tau kalo aku kalah dua kali maka aku akan telanjang bulat. Aku pun tersadar, jadi ini maksud Rei mengambil beha dan g stringku. Aku hanya melirik ke Rei yang tersenyum kemengangan. Tak lama, Donny pun datang membawa minuman. Dia memberiku sebotol corona yang tadi kubeli dan kuminum pelan pelan. Ketika ronde pertama di mulai, mereka pun segera dengan cepatnya mengatur kartu mereka. Aku yang tidak tau apa apa, cuma melihat kartuku dan meminum coronaku. Aku merasa bahwa salah satu dari mereka menang, mereka pasti akan menyuruhku membuka bajuku.

Ternyata benar, aku tidak tau apa nama kartuku tetapi meraka ngomong kalo aku kalah. Maka salah satu dari mereka menyuruhku melepas bajuku. Ketika aku membuka bajuku, mereka hanya berkomentar tentang toketku yang besar itu. Aku yang setengah telanjang hanya menunduk malu dan menutupi putingku dengan tanganku. Tak lama kemudian, mereka memulai ronde yang kedua. Aku merasa bahwa muka dan badanku mulai memanas, aku tidak tau apakah itu reaksi dari bir atau sorotan sorotan mereka. Aku yang mulai merasa canggung, mulai meminum birku sampai habis. Tak lama kemudian, ronde ke dua berakhir dengan melayangnya rok ku. Memekku yang tak berambut itu sudah tidak tertutupi apa apa. Aku merasa memekku mulai gatal, dan aku tersadar kalo Donny telah mencampurkan obat perangsang ke dalam bir ku. Aku yang sudah tidak bisa menahan gatalnya mulai menggesek gesekkan pahaku.

"Hehehehehe, terangsang ya cyn?" tanya si Rei dengan santainya.
Aku cuma diam saja dan menunduk.
"Kalo mau ngerasain kontol kita kita bilang aja Cyn" imbuhnya.
Aku sangat malu, tapi aku juga terangsang dengan hebatnya. Aku yang masih menggesek gesekan pahaku tanpa sadar mengeluh terangsang. Mereka cuma tertawa melihatku seperti itu.
Aku pun berkata ke Rei "Rei, please masukin kontol loe".
Mereka yang mendengar itu hanya tertawa dan mulai mengeluarkan kontolnya.
Rei pun menjawab "Kalo loe mau dientot, loe ngomong ama mereka semua, jangan cuma gue doank. Ntar yang lain kan iri" katanya mengejek.
"Pls entot gue, gue udah ga tahan lagi" kataku sambil merangkak ke salah satu dari mereka dan mulai meremas remas kontolnya.
Mereka hanya ketawa dan memanggilku "maniak seks", "cewek gila kontol" dan lain lain nya.

Aku pun segera memasukan kontol yang kupegang itu ke mulutku. Kumulai dengan mencium kepala kontolnya dan menjilat jilat batangnya yang sudah tegang. Empunya kontol itu pun segera mengeluh tertahan dan memegang kepalaku dan memaksaku memasukan kontolnya yang panjang itu ke mulutku. Aku hanya memejamkan mata ketika aku merasakan kontol lain menerobos dinding vaginaku. "Ooh", lenguhku tertahan. Seseorang yang mengentotku dari belakang itu segera memaju-mundurkan kontolnya di memekku. Aku merasa kalo tiap kali dia mendorong pantatnya, kepala kontolnya menyentuh dinding rahimku. Salah seorang dari mereka memukul pantatku hingga merah dan memasukan salah satu jarinya ke dalam anusku. Aku pun hanya melenguh keenakan. Ketika aku masih keenakan merasakan jari di anusku, kontol yang ada di mulutku segera menyemprotkan air maninya dan langsung kutelan. Aku pun mulai menjilati kontol itu dengan maksud membersihkannya. Cowok yang kujilati kontolnya itu hanya tersenyum dan meremas toketku.

Dengan tiba tiba, cowok yang memompaku dari belakang menarik kontolnya. Aku yang masih belum keluar menoleh dengan protes tapi kulihat kalo itu ternyata si Donny yang memompaku dan Donny hanya berdiri dan meninggalkanku sambil tersenyum. Dia pun menyuruhku untuk menungging dengan tangan di meja makan. Aku pun menurut saja. Ketika aku sudah dalam posisi menungging, Donny pun dengan kasarnya memasukkan kontolnya di anusku. Aku pun menjerit menahan sakit yang luar biasa itu. Setelah dua menit kesakitan, aku pun mulai merasa nikmatnya anal seks. Aku pun segera mengikuti irama Donny, dan Donny pun segera mengangkat kedua pahaku dengan kontol yang masih di anusku. Aku pun tidak punya pilihan lain selain bersandar kebelakang supaya tidak jatuh. Donny dengan pelannya menaik turunkan tubuhku sambil memutar badannya. Maka memekku pun terpampang dengan jelas ke cowok cowok yang laen. Aku sangat kaget ketika aku melihat si Rei merekam kejadian itu dan temannya memfotoku.

Tapi, kenikmatan yang aku dapatkan dari Donny menelan kekagetanku dan membuatku orgasme. Aku segera menggerang gerang keenakan sambil memilin milin puting kananku. Aku merasa ada cairan vaginaku yang menetes keluar. Kemudian, aku merasa si Donny mulai mempercepat kocokannya di anusku. Aku yang takut jatuh segera menyenderkan tubuhku ke belakang dan membiarkan toketku meloncat loncat dengan bebas. Aku pun juga melihat lampu lampu flash kamera yang mengabadikan kejadian itu. Donny pun segera menjatuhkan tubuhku di kasur yang sudah disiapkan cowok cowok lain di ruang tamu. Aku jatuh dengan telungkup dengan kontol yang masih di anusku. Dengan cepatnya, si Donny mencabut kontol itu dan segera mengeluarkan spermanya di dalam gelas wine yang bening. Aku yang kelelahan cuma melihat itu dengan penuh tanda tanya.

Belum sempat aku mengatur nafas, Donny menyuruhku menjilati kontolnya sampai bersih. Aku menjilati kontol itu dengan perasaan yang jijik. Kemudian salah satu dari mereka segera mengangkatku dan memasukkan kontolnya ke memekku. Aku pun cuma melenguh tertahan. Cowok itu segera memaju mundurkan kontolnya dengan aku keadaan berdiri. Aku hanya bisa berteriak teriak kecil karena kontol itu sangat besar diameternya. Aku merasa ada kontol laen yang menerobos anusku. Aku merasa seperti sandwich karena diapit kedua cowok besar itu. Tak lama kemudian aku pun orgasme lagi dan lagi. Tiap kali mereka mau keluar, mereka segera mencabut kontolnya dan mengeluar kan air mani merek di dalam gelas wine. Aku masih bingung dengan itu, tapi ketiga orang yang belom mengentotku segera mengeroyokku. Ada yang memasukkan kontolnya ke memekku, ke mulutku ataupun mengentot toketku. Aku sudah seperti di dalam sorga dunia.

Aku tidak tahu sudah berapa kali aku orgasme malam itu. Mereka mengentotku dengan nonstop. Selalu ada kontol yang mengisi vaginaku. Ketika mereka semua sudah selesai mengentotku, mereka menaruhku di sofa dengan kepala di bawah. Aku sudah tidak tahu apa yang terjadi tapi dengan samar samar aku lihat Donny memasukan leher botol bir yang masih penuh isinya ke vaginaku. Aku pun segera terasadar dengan adanya benda dingin di vaginaku, tapi aku sudah terlalu capek untuk berontak. Aku hanya bisa melihat Donny menaik turunkan botol itu di vaginaku. Kemudian, aku merasakan bir yang meleleh turun dari vaginaku ke toketku. Kemudian, Donny segera menarik botol bir itu dan menyuruhku membuka bibir memekku dengan tanganku. Akupun hanya menurut saja. Kemudian, aku melihati Donny memasukan sedotan ke dalam memekku yang penuh dengan bir dan dengan segera aku merasakan bir itu disedot oleh Donny dan ditelannya. Mereka semua tertawa ketika melihatku melenguh menandakan aku orgasme lagi. Aku yang sudah terlalu capek, mulai merangkak ke atas kasur di lantai ruang tamu dan aku pun tertidur.

Keesokan paginya, aku pun terbangun dengan sebuah mentimun di memekku. Aku kebingungan dan aku lihat cowok cowok itu sudah tertidur dengan lelapnya di sebelahku dan di sofa. Aku pun segera mengeluarkan mentimun itu dari memekku. Ketika aku bangun, aku baru merasakan panasnya anusku dan sakitnya memekku. Dengan sedikit tertatih aku berjalan mencari baju baju ku. Aku menemukan kaos putihku dan rok ku yang langsung kukenakan. Akupun berjalan ke arah kamar mandi untuk merapikan diri. Ketika aku sedang menyisir rambutku yang acak acakan, pintu kamar mandi terbuka dengan tiba tiba dan aku lihat Donny menyeruak masuk. Aku cuma melihat apa yang bakalan dia lakuin. Tak kuduga, dia dengan tanpa malu mulai kencing dengan enaknnya. Aku yang melihat itu hanya menggelengkan kepala dengan jijik. Setelah aku selesai menyisir rambutku, aku segera keluar secepat mungkin dari kamar mandi itu sebelum si Donny menyuruhku berbuat yang macam macam.

Aku pun segera mencari dompet dan kunci mobilku ketika Rei memegang tanganku dan menyuruhku minum pregnancy pil. Rei menyuguhkan pil itu dan segelas air putih yang langsung kuminum.
"Hebat juga lo Cyn semalem" pujinya
"Sakit semua nih Rei" jawabku sambil meringis "Gue pulang dulu ya capek nih"
"Ya udah tapi minum ini dulu ya?" katanya sambil menyogorkan gelas yang penuh dengan sperma "gue tau loe pasti suka"
"Aduh Rei gue laper banget, dari kemaren malem gue blom makan" jawabku mengiba.
"Enggak, minum dulu baru boleh pulang. Udah lah cepet minum" tegasnya.
"Iih maksa banget sih" gerutuku.

Rei pun segera mengambil video camnya dan menyuruhku bergaya seolah olah aku menikmati minum sperma. Aku pun hanya tersenyum sambil menegak habis sperma itu.
Rei pun tersenyum dan berkata "Mulai hari ini kalo loe ke mana mana usahain jangan pake beha ato celana dalem, ok? jadi ntar kalo gue kepengen ngentot, cuma tinggal masukin doank" katanya sambil ketawa.
"Gila loe" umpatku sambil ngeloyor pergi.

Tamat

Rasanya rame

Mungkin memang harus kuakhiri petualanganku ini, mengingat sudah 16 wanita yang pernah tidur denganku walaupun tidak semuanya kulalui dengan ML. Tetapi paling tidak aku melakukan oral atau petting dengan mereka. Boleh percaya boleh tidak, aku bercinta dengan mereka tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun karena atas dasar suka sama, having seks just for fun. Tetapi siapa tau akan ada yang ke-17 atau bahkan mungkin justru akan makin menambah daftar petualanganku? Entahlah, tapi melalui tulisan ini aku ingin menceritakan pengalamanku tersebut sekaligus tanpa harus bersambung dan tidak perlu aku ceritakan detail bagaimana kejadiannya.

Sebelumnya, namaku Pujangga, saat kutulis pengalamanku ini berumur 29 tahun dan telah memiliki seorang istri yang cantik. Tetapi pengalamanku ini berawal sebelum aku menikah dan terus berlanjut walaupun aku sudah menikah.

Santi, umur 25 tahun, karyawan sebuah hotel di kota Mdn, tubuhnya biasa saja, tinggi kira-kira 155 cm, kulit coklat sawo matang, rambut lurus sebahu. Payudara 32 cup B. Dengan Santi adalah pengalaman seksku pertama kalinya selain dengan pacarku juga (yang kelak menjadi istriku). Berawal ketika dengan sopannya Santi menawarkan "teman" untukku, dengan bercanda aku balik menantangnya bahwa aku mau saja jika yang menemaniku adalah Santi sendiri. Dan tanpa diduga dia menyanggupi. Hebatnya lagi kami berhubungan seks atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dan tanpa komitmen apapun. Malam itu kami lalui dengan nafsu yang berkobar, meskipun itu adalah pengalamanku pertama tetapi tidak demikian halnya dengan Santi. Aku tahu bahwa Santi sudah tidak perawan dan sepertinya sudah berpengalaman. Tetapi hal itu cukup buatku dan aku sangat puas dengan pelayanannya, walaupun gaya bercinta kami sangat konvensional. Maklumlah hal ini sangat baru buatku.

Saat itu, aku belum berani melakukan oral, petting dan berbagai gaya mengingat dengan Santi adalah pengalamanku pertama. Namun demikian kemampuan Santi lumayan, dengan rambut kemaluan yang lebat, vaginanya yang mudah basah meskipun sudah tidak terlalu rapat lagi.

Dian, 27 tahun adalah teman Santi. Aku diberitahu oleh Santi bahwa Dian juga sama dengan Santi yaitu sudah tidak perawan. Aku sempat terkejut ketika Santi menawarkan Dian untuk melayaniku. Tetapi karena semuanya atas dasar suka sama suka, akhirnya kami bercinta bertiga, aku, Santi dan Dian. Permainan Dian lebih hot dibandingkan Santi, walaupun dari segi wajah sebenarnya masih cantik Santi. Dengan Dian aku mengenal permainan oral, Dian sangat lihai memainkan lidahnya di ujung penisku. Dengan Dian pula, aku merasakan nikmatnya spermaku dikeluarkan di mulut Dian.

Pengalamanku dengan Santi dan Dian tidak pernah terulang lagi sejak tahun 2000. Saat itu aku belum menikah. Dan ketika aku kembali ke Mdn, aku tidak berhasil menemukan dimana mereka berada.

Rinda, 19 tahun mahasiswi semester dua. Aku kenal Rinda melalui sebuah forum seks di internet. Awalnya aku hanya iseng ketika ingin mengusir rasa sepi saat bertugas di kota Sby. Ketika kuberi kabar bahwa saat itu aku berada di sebuah hotel di Sby, aku janjian dengannya.

Tubuhnya mungil sekitar 150 cm, manis dan imut-imut, kuning bersih. Selama di kota tersebut aku selalu ditemani Rinda dan setiap malam kami berhubungan seks. Yang kusuka dari Rinda adalah rambut kemaluannya yang masih tipis dan sangat halus. Lubang vaginanya pun masih sempit. Bahkan pertama kali penisku masuk, aku belum berhasil menembusnya hingga penuh, walaupun Rinda juga sudah tidak perawan sejak SMA dulu. Dan dia paling jago ketika bermain di atas, aku hanya pasrah saja, sementara Rinda aktif menggoyang pinggulnya. Naik turun sambil menjepit kedua belah pahanya yang putih mulus. Kelebihan yang lain adalah, Rinda mahir untuk multiple orgasm.

Yeni, meskipun sudah berumur 31 tahun, tapi masih single. Ini adalah pertama kalinya aku berhubungan seks dengan wanita yang lebih tua dibanding aku. Dan dengan Yeni pula pertama kali aku berhubungan seks dengan wanita yang bertubuh gemuk. Dengan tinggi 165 cm dan berat 80 kg, Yeni mengenalku melalui situs Rumah Seks.

Kelebihan Yeni adalah kekuatannya di ranjang. Dia type wanita yang hiperseks. Setiap kali melakukan ML, selalu dilakukannya semalam suntuk, hingga lebih dari 7 ronde. Meskipun aku lebih sering kalah dengan Yeni, tetapi dia tahu caranya agar penisku segera berdiri kembali setelah ejakulasi. Meskipun tubuhnya gemuk, kuakui dia sangat hot dan lebih senang posisi di atas. Kadang kala aku sampai sesak napas dibuatnya. Pengalamanku dengan Yeni menimbulkan perasaan ingin berhubungan dengan wanita yang jauh lebih tua dibanding aku. Maka, bertemulah aku dengan Intan. Seorang wanita berumur 43 tahun dan telah bersuami.

Pengalamanku dengan Intan merupakan pengalaman yang paling berkesan hingga saat ini. Intan keturunan chinese. Meskipun sudah berumur, tetapi dia pandai merawat tubuh dengan fitness. Bahkan bodynya tidak kalah dengan wanita usia 20-an. Wajahnya cantik, tubuhnya langsing, padat berisi dan tidak ada keriput karena usia. Kulitnya kuning langsat, mulus dan bersih. Dengan Intan, aku untuk pertama kalinya bercinta bertiga dengan suaminya dalam satu ranjang. Aku mengenal Intan juga melalui internet. Intan merupakan wanita hiper seks yang ingin bercinta denganku sambil ditemani suaminya.

Tanpa kuduga, kemampuan seksnya luar biasa, semalam suntuk dia mampu melayaniku dan suaminya silih berganti tanpa mengenal lelah. Dan dari Intan kuketahui bahwa cewek chinese memang mudah basah kemaluannya ketika terangsang. Dan cairannya sangat banyak hingga vaginanya terasa sangat licin. Namun demikian, Intan sangat rajin merawat vaginanya. Meskipun sudah tua, lubang vaginanya masih juga terasa sempit dan mampu menyedot penisku dengan gerakan otot vaginanya. Rambut kemaluannya sangat lebat dan vaginanya harum. Dengan Intan aku dikenalkannya dengan berbagai posisi bercinta, dan aku mulai mahir bermain oral di vagina wanita hingga berjam-jam serta memainkan jari-jariku di clitoris dan bibir vaginanya.

Ratna, gadis 32 tahun asal Sby. Saat mengenalnya, aku sudah menikah. Dan perkenalanku juga melalui sebuah forum pertemanan di internet. Ratna berperawakan kecil, kurus, kulit coklat matang. Meskipun kurus, tetapi payudaranya padat berisi walaupun tidak besar. Dan rambut vaginanya sangat lebat. Dengan Ratna, aku hanya sebatas petting, tetapi berbekal pengalaman dengan Intan, Ratna aku ajarkan bagaimana mengulum penisku. Mulanya dia ragu dan canggung, tetapi lama-lama terbiasa. Aku tidak berniat meneruskannya hingga ML, karena aku tahu dari awal bahwa Ratna masih perawan dan belum pernah having sex. Karenanya, aku hanya saling oral dan petting saja. Itupun adalah pengalaman yang pertama baginya. Dan Ratna sangat menikmatinya dan dapat mengalami orgasme walaupun hanya kukulum dan menggesek-gesek penisku di vaginanya. Saat kutulis cerita ini, kabar terakhir mengatakan bahwa dia sudah menikah, dan berjanji untuk ML denganku jika aku mampir ke Sby.

Lena, seorang cewek chinese berumur 21 tahun. Saat aku mengenalnya, dia masih perawan, hanya saja sudah pernah oral seks dengan pacarnya. Awalnya Lena yang lebih dulu mengenalku melalui situs porno. Dia tertarik dengan ceritaku dan ingin mencoba oral dan mengulum penisku. Lena adalah gadis paling gemuk yang pernah berhubungan denganku walaupun hanya sebatas petting karena dia masih perawan. Seperti halnya Intan, vaginanya mudah basah dan becek. Sedikit saja kusentuh langsung bereaksi dan terangsang hingga cairan vaginanya keluar sangat banyak, meskipun rambut kemaluannya masih tipis karena rajin dicukur.

Hilda, 26 tahun dari Krg, dia mengenalku karena aku pernah mengirimkan cerita ke Rumah Seks dan sekali lagi juga tertarik untuk berhubungan seks denganku. Bedanya dengan cewek lain yang pernah kukenal, Hilda bukan type hiperseks, tetapi selama berhubungan seks dengan pacarnya dia belum pernah orgasme. Karena itu Hilda penasaran agar aku dapat membuatnya orgasme. Tubuhnya padat dan sintal jika tidak dikatakan gemuk. Permainan seksnya biasa saja sebenarnya, tetapi dia sangat kuat dan tahan lama. Karenanya dia penasaran ingin merasakan orgasme. Awalnya aku cukup kerepotan memberikan rangsangan untuknya. Dengan Hilda adalah permainanku yang paling lama dalam satu ronde. Pernah setelah satu jam lebih baru dia mendapatkan orgasme. Itupun setelah aku membantunya dengan mengulum vaginanya berkali-kali.

Marni, 27 tahun adalah teman Hilda, aku dikenalkannya pada saat ke Jkt. Karena kemalaman, kami akhirnya menginap di sebuah hotel. Dan dengan Marni meskipun sudah tidak perawan, aku tidak sampai ML dengannya. Kami hanya sebatas bercumbu tanpa busana di kamar mandi. Sepertinya dia masih malu karena ada Hilda.

Esti, 29 tahun dari Jkt, tubuhnya sangat langsing dan payudaranya kecil, kulitnya coklat gelap. Tetapi ada satu hal yang tidak dapat kulupakan dari Esti. Dia termasuk cewek yang paling lama menjalin hubungan denganku dan yang paling spesial adalah, lubang vaginanya paling seksi dan paling rapat. Meskipun dia sudah tidak perawan, tetapi vaginanya indah dan rapat sekali, butuh waktu sesaat untuk menembus vaginanya saat berhubungan. Dan permainan seksnya luar biasa. Dia paling senang dengan posisi di atas. Goyangan pinggulnya menambah erotis permainannya.
Aku mengenal Esti masih dari internet juga, saat itu dia hanya iseng saja berkenalan denganku, tetapi setelah saling kenal, akhirnya tanpa berlangsung lama hubungan kami berlanjut ke ranjang.

Indah, 36 tahun, wanita matang dan telah bersuami. Aku mengenal Indah melalui tawaran threesome di sebuah milist internet. Bayanganku di awal perkenalan, kami akan having seks dengan suaminya, seperti halnya Intan, tapi ternyata tidak. Indah memiliki selingkuhan pria idaman lain, dan dengan PIL-nya mereka bermaksud threesome denganku. Meskipun sudah berumur, tetapi nafsu seksualnya sangat tinggi dan permainannya sangat liar. Sekali lagi, aku berhubungan seks dengan wanita yang gemuk walaupun tubuhnya cukup padat/sintal.

Erina, 22 tahun mahasiswi chinese di Jkt. Dia mengenalku juga melalui situs Rumah Seks yang tertarik hubunganku dengan wanita gemuk. Dia penasaran ingin merasakan mengulum penisku. Hubunganku dengan Erina hanya sebatas dia mengulum penisku, sementara aku belum pernah mengulum vaginanya. Sampai tulisan ini kubuat, aku masih berhubungan dengannya tetapi tetap sebatas dia mengulum penisku hingga spermaku keluar dan ditelan olehnya. Tetapi sekalipun aku tidak pernah menyentuh bagian tubuhnya yang vital.

Nani, wanita tertua yang pernah berhubungan seks denganku. Berumur 46 tahun, telah bercerai dengan suaminya sejak lama, adalah type ideal wanita kesepian. Aku mengenalnya melalui seorang sahabat pena yang kukenal melalui internet. Mulanya temanku secara iseng mengenalkanku kepada Nani, dan aku juga belum tahu seberapa tua umurnya karena dari suaranya terdengar masih seperti wanita berumur 30-an. Akhirnya ketika ada kesempatan bertemu baru aku tahu kalau Nani ternyata sudah berumur 46 tahun. Memanfaatkan situasi seorang wanita yang sudah lama tidak merasakan sentuhan birahi, rayuanku disambutnya.

Winda, mahasiswi Ygy berumur 25 tahun. Aku mengenalnya juga melalui seorang teman di internet. Mulanya kukabari jika aku ada urusan ke Ygy, apakah dia punya teman. Dan dia memperkenalkanku dengan Winda. Setelah sehari aku akrab dengannya, secara iseng kutawari Winda supaya mau menemaniku di hotel, dan ternyata tanpa kuduga dia mau. Aku baru tahu kalau dia sudah biasa cek-in dengan pacarnya di hotel. Maka hubungan seksku dengannya berlalu dengan tanpa hambatan. Sampai saat ini aku masih berhubungan dengannya.

Tasya, 34 tahun, seorang janda yang juga lesbian. Aku mengenal Tasya melalui forum di internet, dia mengaku seorang yang lesbi karena kecewa dengan kegagalan rumah tangganya. Mulanya kami hanya sebatas sharing pendapat tetapi lama kelamaan dia yang memulai lebih dulu untuk ingin kembali merasakan bagaimana nikmatnya berhubungan seks secara normal (dengan cowok). Dan sejak saat dia ML denganku, dia secara perlahan mulai dapat menghentikan kebiasaan lesbinya dan mencoba untuk menjalin hubungan dengan pacarnya yang baru (cowok), dan kadang kala masih berhubungan denganku di saat dia membutuhkannya.

Putri, gadis seksi 27 tahun, meskipun agak gemuk tapi tubuhnya berbentuk dan sintal. Awal perkenalanku dengannya sangat unik dan hampir tidak masuk akal. Bermula dari aku salah kirim SMS. Niatnya adalah aku mengirim SMS untuk seseorang dalam urusan bisnis yang memang nomornya juga baru aku dapatkan dari seorang relasi. Ternyata SMS tersebut salah tujuan ke nomor Putri yang belakangan baru kutahu namanya. Dia mengklarifikasi maksud dari SMS-ku. Tentu saja dia bingung karena isinya tentang bisnis. Dan aku baru sadar kalau ternyata salah sambung. Sejak itu kami jadi akrab dan saling berkirim SMS. Perlahan baru aku tahu kalau dia termasuk type cewek yang liberal dan free of life. Dan ketika kusinggung masalah keperawanan dan hubungan seksual, dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena dia mengaku juga sudah tidak perawan. Akhirnya kami jadi sering berdiskusi masalah seks dan makin lama makin menyerempet ke SMS yang hot dan porno. Akhirnya aku to the point aja apakah dia keberatan kalau aku ajak cek in di hotel. Dan dia ternyata tidak keberatan.

Putri adalah cewek kedua setelah Intan yang paling hebat permainannya seksnya, disamping itu, Putri juga mampu melakukan apa saja yang Intan lakukan. Vaginanya juga mampu menjepit dan menghisap penisku seperti permainan cewek madura katanya. Hingga saat ini aku masih menjalin hubungan dengan Putri, dan hebatnya lagi masih ada beberapa rencana yang akan kami lakukan seperti threesome dan orgy. Mengapa? Karena hubunganku dengan Putri agak gila, kami pernah ML di kamar hotel, tiba-tiba saja dia janjian dengan teman wanitanya untuk urusan kuliah. Dan ketika temannya datang kami tetap meneruskan melakukan ML di hadapan temannya tanpa ada perasaan risih sama sekali. Sesekali bahkan diselingi dengan mengobrol dengan temannya sambil penisku tetap dikocok di vaginanya. Pernah juga suatu saat tantenya yang masih muda memergoki kami sedang cek in di suatu hotel dan tantenya ikut nimbrung walaupun belum sampai threesome. Aku dan Putri bahkan merencanakan having seks rame-rame dengan tante dan temannya.

Demikianlah pembaca, petualangan seks-ku dimulai sejak aku belum menikah dan terus berlanjut meskipun sudah menikah. Entahlah kenapa aku bisa mendapatkan wanita tanpa harus "jajan" dan setiap menjalin hubungan aku selalu memberi pengakuan bahwa aku sudah menikah kepada cewek tersebut. Dan tentang kemampuanku sebenarnya biasa saja, penisku juga tidak terlalu besar.

T A M A T

Regina

Saya akan menceritakan pengalaman saya sendiri saat dulu kehilangan keperawanan saya empat tahun lalu. Saat itu ujian negara tinggal seminggu lagi. Saya bersama lima orang teman kuliah saya bersepakat membentuk grup belajar. Wita, Susi, Lilo, Albert, dan Aria (semua bukan nama sebenarnya).

"Gin, nanti malam kita belajar di rumah gue ya. Bilangin Wita sama Susi", kata Aria menghampiri saya ketika saya sedang duduk membaca-baca buku kuliah di kampus.
"Oke."
Saya tahu, Aria sudah lama naksir pada saya. Saya tahu dari Albert. Sebab Aria pernah menceritakan padanya, bahwa dirinya tidak bisa tidur memikirkan diri saya. Pokoknya, Aria jatuh cinta berat kepada saya. Namun saya belum menanggapinya, sebab saya belum berpikiran untuk memiliki seorang pacar. Saya masih lebih ingin memusatkan perhatian saya pada kuliah, agar memperoleh IP yang bagus, sehingga mudah mencari pekerjaan setelah lulus nanti. Selama ini saya hanya menganggap Aria sekadar teman baik saja. Tidak lebih.

Malam harinya kami berlima belajar di rumah Aria. Kebetulan kedua orangtuanya sedang pergi kondangan. Wita tidak bisa datang karena ia harus menemani ibunya menjenguk saudaranya yang sedang sakit.
"Ri, Gue pulang ya. Sudah malam nih. Besok malam saja ya kita lanjutkan belajarnya", kata Susi kepada Aria ketika jam sudah menunjukkan pukul dua puluh satu.
"Gue temanin deh, Sus!" timpal Lilo yang saya tahu sejak lama telah naksir Susi.
"Wah, itu sih memang taktik kamu, Lo!" kata saya sambil tertawa. Susi pun segera pulang didampingi oleh Lilo. Tinggal saya bertiga bersama Albert dan Aria.
"Bagaimana sekarang, Ri? Kita nerusin belajar atau bubar saja?" tanya saya pada Aria.
"Yah, lebih baik bubaran saja deh. Besok saja kita lanjutkan lagi!"
"Tapi sebelum kamu pulang, habiskan dulu tuh minuman kamu. Sayang-sayang. Mubazir kan!" tambah Albert sambil tersenyum ke arah Aria.
Saya habiskan sari jeruk yang tadi dihidangkan Aria untuk menemani saat belajar kami berlima.
"Gue pulang dulu ya, Ri, Bert", saya berpamitan pada kedua teman saya itu. Baru saja saya akan membuka pintu, tiba-tiba kepala saya terasa pusing dan mata saya berkunang-kunang. Tak lama kemudian, saya rasakan suatu keanehan menjalari tubuh saya. Payudara saya mengeras dan puting susu saya menegang. Kewanitaan saya pun terasa berdenyut-denyut. Ternyata Aria telah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman saya tanpa saya mengetahuinya. Aria dan Albert menghampiri saya sembari tersenyum. Mereka memapah saya masuk ke kamar tidur Aria. Seperti tak sadar, saya menurut saja. Bahkan ketika saya ditelentangkan di atas tempat tidur.

Aria membuka kaus oblong yang saya kenakan, sedangkan Albert menurunkan celana panjang saya. Mereka berdua menelan air liur melihat kemolekan tubuh saya yang hanya dibalut pakaian dalam saja. Terpampang payudara saya dengan belahannya yang menggiurkan menyembul di balik bra yang saya kenakan serta lekuk-lekuk pinggul dan pantat saya yang membuat nafsu birahi mereka naik.

Tanpa membuang waktu lebih lama, mereka berdua menarik lepas bra dan celana dalam saya, dan keindahan tubuh saya itu dapat terlihat bebas tanpa halangan. Tangan Aria meremas-remas kedua payudara saya yang kenyal itu, sementara batang kemaluannya semakin menegang. Sementara Albert menciumi daerah kewanitaan saya. Saya merintih kecil tatkala lidahnya mulai memasuki liang vagina saya. Sementara itu, Aria mulai menghisap-hisap puting susu saya yang semakin menegang itu, membuat saya semakin menggerinjal-gerinjal. Namun saya yang berada di antara keadaan sadar dan tidak sadar tidak mampu berbuat apa-apa.
"Aw!" jerit saya saat gigi Aria menggigit puting susu payudara saya sebelah kanan, sementara Albert terus menjilati kemaluan saya yang ditumbuhi rambut-rambut tipis nan segar.

Aria dengan kedua tangannya memuntir-muntir ujung puting susu kedua belah payudara saya sementara mulutnya turun ke bawah ke arah selangkangan saya. Akhirnya seperti berebutan, lidahnya bergabung dengan lidah Albert menjilati liang kewanitaan saya.
"Gila, Ri. Asyik juga ya si Regina. Nggak gue sangka lho tubuhnya sebagus ini!" kata Albert sambil terus melanjutkan jilatannya ke belahan pantat saya dan akhirnya disusupkannya lidahnya ke dalam lubang anus saya.
"Bagaimana, Bert. Kita tancap saja si Regina sekarang?"
"Okelah, mumpung dia belum sadar." Dan kedua cowok itu membuka celana panjang mereka. Tampaklah kedua batang kemaluan mereka yang menegang laksana siap berperang. Aria sebagai tuan rumah mengambil inisiatif pertama. Dengan hati-hati dimasukkannya batang kemaluannya ke dalam liang vagina saya yang cukup sempit itu. Dengan sekali gerakan batang kemaluannya tersebut dihunjamkan semakin dalam, membuat saya menjerit kecil kesakitan. Akan tetapi seiring dengan naik-turunnya tubuh Aria di atas tubuh saya, saya merasakan kenikmatan yang tiada tara untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Secara tak sadar, saya menggerinjal-gerinjal kencang.

Albert yang nampaknya sudah tidak dapat menahan nafsu birahinya yang semakin merajalela itu tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dihunjamkannya batang kemaluannya yang tak kalah tegangnya itu ke dalam lubang anus saya, saya menjerit kesakitan. Namun Albert yang sepertinya sudah kesetanan tidak mempedulikan saya. Dengan gerakan naik-turun, ia menyetubuhi saya lewat lubang anus saya. Saya terus menggerinjal-gerinjal tak terkendali. Rasa kenikmatan dan kesakitan terus bercampur baur saya rasakan.

Beberapa menit telah berlalu, belum ada yang sampai pada klimaksnya. Sementara kami bertiga sudah mulai lemas, terutama saya. Kedua cowok itu pun telah bertukar peranan. Albert telah memperoleh liang vagina saya, sedangkan Aria liang anus saya. Mereka berdua terus menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam tubuh saya tanpa kenal ampun.

Akhirnya setelah berselang begitu lama, Aria dan Albert menyerah begitu saja sebelum mencapai klimaksnya. Tubuh mereka berdua terkapar lunglai di samping tubuh saya. Kami bertiga sama-sama lemas. Namun tak lama kemudian, Aria telah mampu menguasai dirinya. Walaupun masih terhuyung-huyung ia bangun dari tempat tidur.

"Bert! Albert! Gila! Ternyata si Regina masih perawan!" teriak Aria setelah melihat liang vagina saya mengeluarkan darah tanda selaput dara saya robek.
"Ergh.. nikmat di kamu dong, Ri. Kan kamu yang memperawanin dia duluan!" kata Albert yang juga telah bangun, sementara saya masih terkulai lemas.
"Tapi, bagaimana kalau dia sadar terus lapor pada polisi bahwa kita yang memperkosanya."
"Bilang saja bahwa kita mau sama mau. Buktinya coba saja lihat tadi. Kan si Regina kelihatannya ikut menikmatin juga. Nggak memberontak-berontak kan."

Dan sejak saat itulah saya mulai mengenal apa yang disebut pergaulan bebas dan sempat menjadi seorang cewek "bispak" yang bisa dipakai untuk teman tidur asal suka sama suka. Untung saja saya tidak sampai hamil sebab saya selalu mengingatkan pasangan tidur saya agar selalu memakai pelindung.

TAMAT

Saya seorang istri yang dirayu - 1

Nama saya Diana. Saya sedang bingung sekali saat ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.

Saya berumur 27 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.

Karena kesibukannya, dia sering pergi keluar kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Roy yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Roy adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

Saya memang menikmati seks. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy. Roy adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Roy, tidak sengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah 'begituan'.

Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria me'makan' bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.

Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.

Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.

Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.

Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.

Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut.

Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy.

Kemudian Roy mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.

Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.

Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

Ceritanya dulu suami saya Niko punya komputer. Kemudian oleh Roy disarankan agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah Roy melihat saya memandangi Niko saat dia menggunakan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.

Niko yang mendengar lalu menyuruh Roy untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet. Pertama-tama saya suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau ngapain lagi.

Saat itulah Roy lalu menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun dalam keadaan sedih.

Saya tidak mengerti program ini. Hanya Roy ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus. Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.

Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.

Suami saya tidak pernah curiga sebab Roy tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.

Saya katakan dengan tegas kepada Roy bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.

Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas 'alat'nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.

Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

Tetapi Roy sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Roy masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak 'hidup' begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.

Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang senggama saya.

Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.

Bersambung . . . .

Saya seorang istri yang dirayu - 2

Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang 'menyehatkan'. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.

Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang "No way". Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi 'seragam' saya setiap saya akan bercinta dengannya.

Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans di luar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.

Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy.

Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.

Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Roy.

Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.

Suatu ketika, Roy pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari.

Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Roy lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Roy lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.

Kata Roy, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

Kini kami melakukannya dalam 'missionary position'. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.

Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Roy juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin'mesin' saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Roy.

Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah.. Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi

Bari menahan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.

Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

Roy bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkansaya melambung di luar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

Tetapi Roy tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada 'dog style position'. Roy menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Roy memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghunjam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.

Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.

Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Roy tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.

Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Roy. Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Roy.

Hingga pada suatu kesempatan, Roy berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa 'threesome' adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan 'someone special'.

Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak peduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.

Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.

Itu adalah 'candle light dinner' saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.

Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.

TAMAT

Sensation of my campus - 1

Ini ceritaku tahun 1999 kemarin, bulan dan tanggalnya lupa. 'Introduce my self', panggil saja aku Iyan, waktu itu umurku 19 tahun, 179 cm/68 kg, Sunda-Jepang, aku anak band (yang hobby pergi ke cafe/nite club pasti tahu bandku deh..) di kota 'S' (SUPERMAN) sampai sekarang. Makasih yang sudah kerim email buat ceritaku yang pertama (Sensation of Car-Park), I'll try to reply you all.

Nama dan tempat pakai inisial saja yah, jaga privacy. Tapi kalau nama panggilan tetap tidak dirubah kok. "Let's Taste Another Sensation!"

"Gubrak..! STEREO"
"Auuwww..!"
"Ooopss..! Sorry.. sorry nggak sengaja, kamu nggak pa-pa kan..?" kuambil tas dan buku yang tercecer di pelataran kantor administrasi ST**** (tiitt..! Top Secret laahh), kampusku.Setelah kulihat ke atas, "Buju buneekk..!" di depanku ada cewek cakep banget (kaya 'Allien' deh pokoknya, terlalu banget cakepnya).
Matanya bulat, kecil, sipit (lucu deh pokoknya tuh mata), kulit kuning halus dan body-nya.. woosshh..!

"Kamu nggak pa-pa kan? Sorry nggak sengaja. Iyan," langsung kusebut nama sambil kasih tangan ke dia.
"Irene.." jawab dia singkat tapi cuekin tanganku.
"Ke kantin yuk, waktu makan nih udah siang, pleasee..!""Apa..! Kamu kenapa hah..? Udah nubruk, nyerocos sana-sini, terus ngajakin ke kantin? Emang aku mau makan sama kamu?" Astaga, marah nih doi.
"Aku kan cuma mau tebus salahku, tapi kalo kamunya nggak mau, nggak pa-pa, jangan marah gitu dong.. tahu nggak? Suara kamu tuh bikin jebol telinga!"
Aku langsung pergi dari hadapannya sambil komat-kamit nyumpahin tuh cewek. Sebenarnya sayang juga sih ninggalin cewek 'Allien' seperti dia.

Lagi enak-enaknya melumat sendok sama garpu, wee.. sebelah ramai sekali, biasa deh cewek kalau ketemu gank-nya kan gosip terus. Aku lirik ke gank cewek sebelah.
"Shit..!" si 'Allien' ada di situ tuh.
Wuiihh.., waktu dia melihatku, langsung kujulurkan lidah ke arahnya. Dia 'manyun', terus balas melet ke aku. Sialan tuh mata sampai 'kiyer-kiyer' (baru kali ini melet penuh penghayatan sampai segitunya, mana temannya ikutan ketawa lagi). Aku rada cuekin dia sih.., habis tadi disemprot suara geledeknya.

Jam 13.30 aku pergi dari kampus, harus check sound di 'C', salah satu cafe yang terletak di pinggir rawa-rawa, atau apalah (tahu nggak yang ada di kota 'S' cafe apaan tuh..?). Sempat senyum-senyum juga sih kalau ingat kejadian barusan, tapi kalau suara geledeknya yang cempreng itu jadi sewot juga mengingatnya.

Jam 18.00 (kaya kronologi saja, dari tadi pakai jam terus) aku sudah 'tongkrongin' salah satu bangku kampusku."Gila bener malem gini sempet-sempetnya dosen kasih kuliah tambahan, mana sampe jam 20.00 lagi.. huuii males banget, kegiatanku hari ini padet banget." kataku dalam hati mengerutu.

Bel selesai kuliah agak terlambat 5 menit, buru-buru aku lari ke parkiran habis gerah, ingin segera mandi.
"Gubrak..! STEREO" another shit just happen on me today."Ya ampuunn..! kamu tuh lari-lari mulu sih dari tadi pagi kaya maling, sekarang mo alesan apa lagi hah..? Bisa keropos aku kamu tubrukin seharian, tahu nggak kamu..? Emang nggak ada kerjaan laen lagi apa selaen nubrukin aku..?"
Gila.., suara geledek yang sempat kukenal tadi siang kedengaran lagi malam ini. Aku tidak merasa kangen sama suara itu, tapi kenapa kedengaran lagi malam ini. Kutubruk dia sekali lagi.. bukan nubruk sih, meluk kayanya (sudah niat kok).

"Sorry sekali lagi. Oh yah kalo kamu tereak-tereak terus, bakalan aku tubrukin terus kamu malem ini, denger nggak kamu?" abis bisikin telinganya, cuek aku langsung pergi.
Dia diam saja meskipun di situ banyak teman-temannya, tapi semua pada diam waktu kupeluk dia tadi.

Dan sialnya (kena karma kali..), setelah sampai di pelataran parkir, ternyata Estilo-ku ngadat habis nih mesinnya. Ugh..! Turun, lalu kutendang ban Estilo sablengku itu. Kulihat keadaan kampus sudah lumayan sepi. Di pelataran parkir hanya ada 7 mobil saja yang parkir.

"Sukuurr..!" kudengar suara cekikikan di belakang yang ternyata si suara geledek.
Lalu dia masuk ke Charade-CX dua baris sebelah kanan Estilo sablengku. Aku lari ke pintu cockpit-nya, jendelanya terbuka (belakangan aku tahu nanti kalau dia jalan bakalan ngeledekin aku lagi). Aku ambil cepat kunci mobilnya sambil kubawa pergi ke mobilku. Sambil lari, si 'Allien' menyusul di belakang, aku tunggu dia sambil duduk di kap mesin mobilku.

Huuiihh.., kelihatan tambah sangar wajahnya.
"Kamu tuh jahat banget sama cewek, aku punya salah apa sama kamu..? Kamu pikir dong, seharian aku yang kamu rugiin..!" kaya dalang nih cewek tidak berhenti nyerocosnya.
"Balikin kunciku..!" bentak si 'Allien' sambil berusaha merebut kuncinya dari genggamanku.
Reflek aku berkelit dan beruntun membuat kepala si 'Allien' jatuh ke dadaku. Waduuhh.., tambah bertumpuk dosaku ke dia.

"Irene..?" sambil kupegang bahu si 'Allien' yang cakep ini, "Maafin aku yah, hari ini aku bener-bener nggak sengaja tubruk kamu sampe dua kali, tapi kamu juga marah-marahnya keterlaluan banget.. Oke aku terima aku salah, tapi jangan terus-terusan marah dong, apalagi di depan anak kampus gitu, aku kan juga punya malu.. But it's true, aku ngaku kalo hari ini dosaku numpuk ke kamu.. aku bener-bener minta maaf ke kamu." kataku menjelaskan.
Kuangkat wajah Irene ke atas, walah.. dia tetap saja pasang wajah sewot.

Kugandeng tangannya ke arah pintu Estilo-ku, kududukkan dia di jok kulit mobilku, lalu aku jongkok di bawahnya.
"Irene, maafin aku yah.." sambil tetap tidak merperhatikan aku, dia buang mukanya.
"Irene, aku nggak bermaksud jahat, aku cuman.. (tidak dapat meneruskan yang mau kuomongkan ke Irene nih). Kamu dari tadi marah mulu yah.. pengen deh liat kamu senyum. Now give me your best smile, pleasee..!"

Kugenggam tangan Irene sambil menyerahkan kunci mobilnya.
Setelah kunci berpindah tangan ke Irene, "Plaakk..! STEREO" gila.., pipiku ditampar si 'Allien'.
"Iyan..! nama kamu Iyan kan..? Irene juga minta maap yah sama kamu.."
"Trus kok tampar aku?"
"Kan tadi minta aku supaya senyum? Nah itu tadi yang bisa bikin aku senyum ke kamu."

Irene tersenyum ke arahku, meskipun di pelataran parkir itu gelap, dapat kulihat kok cakepnya nambah pas lagi senyum, apalagi dengan nakalnya dia malah memencet hidungku.
"Gotcha..!" sambil pencet hidungku dia berdiri.
"Maafin Irene juga yah Yan.." sambil dia meninggalkanku yang hanya terbengong.
Udah aahh.., pokoknya malam itu tidak ada apa-apa (nothing special, lha aku sama dia hanya saling maaf-maafan saja).

Paginya waktu parkir mobil di kampus, Charade-CX-nya 'Allien' tidak ada.
"Waduuh.., nggak kuliah nih hari tuh anak," pikirku.
"Hey..! Nggak nubruk lagi, ngelamun aja..!"
Kaget kudengar suara yang sekarang bikin aku kangen keras kedengaran di belakangku.
Setelah kulihat ke belakang, "Ya ampuunn..!" tuh 'Allien' dengan lucunya sambil mengangkat kayu papan yang gedenya lumayan, "Hihihi.."

"Itu papan buat apaan..?"
"Ya kali aja penyakit nubruk kamu kambuh lagi, buat jaga-jaga nih.."
"Hahaha.. bisa aja kamu. Udah doong papannya ditaruh.., ntar dikira lagi ngomong ama tukang kayu.."
"Wee.., tukang kayu nggak ada yang cakep kaya gini nih..!" katanya sambil meletakkan papan, si 'Allien' mendekatiku.
"Hayoo..! Sapa kemaren malem yang miss call?" si 'Allien' pukul lenganku.
"Auuhh..! Sakit Ren..!"
"Eh tahu yah? Belom tidur? Kamu nggak telephone balik sih? Aku miss call kamu gara-gara nggak enak kan kalo telephone malem, ntar kamunya udah tidur.."

"Iya juga sih.. tapi emang ada apa sih Yan mo telephone Irene..?"
"Mau tubruk kamu kali.."
"Huu.., Maunya..!" Bibir si 'Allien' manyun tuh.
"Eh yah CX-nya kok nggak ada?"
"Iya, tadi pagi dipake ama Chie-chie keluar kota, aku cuman numpang berangkat, napa..? Emang mau nganterin apa?"
"Enak aja..! Emang taksi apa nganterin kamu, mo bayar berapa sih sekali anter?"
"Neh bayar.. bayar pake ini nih..!" katanya sambil si 'Allien' ngepalkan tinjunya ke arah aku.

"Aku mau masuk dulu yah, yuk Yan..!"
"Iya ati-ati yah Ren.."
"Hah..? Ati-ati..? Emang ada apaan..? Kelasku kan nggak di luar kota.."
"Yah.., biar deket tapi ntar kalo-kalo ada yang tubruk kamu selaen aku..?"
"Hahaha.. bisa aja kamu Yan, di kampus nih yang punya predikat tukang tubruk tuh cuman kamu tahu..!" katan si 'Allien' sambil meninggalkanku yang masih saja ketawa-ketawa.
Ngobrol sama dia enak juga, dari situ aku mengetahui kalau si 'Allien' tuh ternyata satu angkatan di atasku.

"Huaa.." tidak terasa ngantuk juga aku pagi ini mendengar dosen lagi 'in the hoy' sama spidol dan white board-nya sambil menerangkan Bab V Statistika.
Karena merasa ngantuk, aku ijin ke belakang mau cuci muka sekalian cari teh hangat di kantin. Waktu sampai depan kelas si 'Allien' (kalau mau ke toilet pasti melewati kelas si 'Allien' yang ada di depan toilet) dan lagi enak-enaknya melamun, tidak sadar pintu kelas (di sebelah kanan) terbuka. Dengan setengah kaget aku meloncat ke kiri.

"Ya ampun Iyaann..! Bener-bener deh kamu tuh tukang tubruk berijazah, belom abis bekas tubrukan kemaren, sekarang mo tubruk aku lagi..!"
"Huuaa..!" si 'Allien' yang kulamuni sekarang ada di depanku sambil mulai lagi cerewetnya.
"Ngantuk yah Yan..?" si 'Allien' menjewer telingaku.
"Adududuuhh.. sakit tahu..! Iya nih ngantuk banget, kemaren pulang jam dua pagi Ren, ke kantin yuk..!"
"Iya yuk, aku juga lagi males di kelas.." sambil kami berjalan ke kantin.

"Kamu sih ngeluyur sampe jam segitu, rugi kan ama kesehatan kamu.."
"Enak aja dikatain ngeluyur, aku mah kalo jam segitu bukan ngeluyur, tapi kerja."
"Hah..! Jadi kamu.. Ich Yan, kamu kok bisa sih jadi gituan..?" sambil dia minum soda dinginnya.
"Jadi apaan..? Enak aja ngatain gigo.."
"Nah trus kalo tiap malem kerja..? Apa coba namanya..?"
"Aku kalo malem kudu ngeband di cafe Ren.. Iyan pengen mandiri doong bayar kuliah sendiri trus kalo ntar rada siangan kudu kerja di salah satu Production House di sini (kota 'S'), makanya tiap hari bawaannya ngantuk mulu. Kemaren contohnya tuh tubrukin kamu.."

"Ooohh jadi kamu ngeband di cafe, Yan..?" tanyanya.
Ich.., kurang 'dugem' juga nih anak sampai tidak tahu lawan bicaranya calon selebritis (huehehe.. maunya sih).
"Kamu hebat yah Yan, kuliah bisa bayar sendiri, umur segini juga udah kerja, Irene ngiri deh sama kamu. Hihihi kayanya bangga juga ditubruk ama orang hebat kaya kamu.."
"Hebat nubruknya..! Huahaha.. bisa aja kamu, ntar aku nggak tanggung jawab kalo tiap hari tubrukin kamu.."
"Coba kalo berani..? Hayoo sekarang juga!" tantang si 'Allien'.

"Waduh di sini mah lagi rame banyak yang ngeliat, kalo berani ke toilet aja sekarang hayoo..!" kujawab tantangan si 'Allien' yang bikin kuping panas.
"Hah..! Emang kamu mau tubruk apa gebleek..?" jawab si 'Allien' sambil ngucek-ucek rambutku.
"Tubruk ini.." sambil kuletakkan jari telunjukku di bibir Irene.
"Kamu ini kenapa sih Yan..? Berani-beraninya..!" si 'Allien' menghindar waktu jariku menyentuh bibirnya.
"Tangan kamu kan kotor Yaann..!"
"Emang kalo udah cuci tangan aku boleh cium kamu yah..?"

"Huueekk..! Sapa juga yang mau cium kamu gebleekk..! Kalo ntar bibirku jadi memble gimana..?"
"Kita kawin aja sekalian, biar memble kamu nggak perlu kuatir lagi kalo ntar nggak laku.. kan udah punya Iyan, yah kan..?"
"Wee.., sapa juga yang mo kawin ama kamu.. udah aah Yan.. yuk..!"
Tidak ngomong apa-apa lagi, Irene langsung berjalan meninggalkanku yang hanya tersenyum saja melihat dia sewot gitu.

Bersambung . . . .

Sensation of my campus - 2

Sambil membuang keringatnya si 'kecil' (baca: pipis) di toilet karena merasa tenggorokanku agak gatal, aku sampai tersedak batuk kencang sekali.
Huuii..! Lega deh habis pipis jadi enteng banget deh.
Sesampainya di luar toilet, "Yan..! Hihihi, aku tahu kalo kamu batuk kamu kenceng banget, sakit yah..?"
Yiihhaa..! si 'Allien' ada di depan toilet cewek sebelah. Senang sekali deh dapat melihat dia lagi.

"Kamu belom masuk kelas juga Ren..?" tanyaku sambil kudekati dia lagi.
"Kan tadi udah bilang kalo aku lagi males banget Yan.."
"Eh yah Ren, gimana jadi nggak?"
"Jadi apanya?"
"Tangan Iyan udah dicuci nih.."
"Trus..?"
"Aku mo cium kamu," kataku sambil kucoba mendekati bibir Irene.
"Iyan.. hhmmppff..!"
"Hhuuaa..! At last..! Aku bisa cium si 'Allien'." kataku dalam hati.
Sebenarnya Irene kelihatan agak menolak ciumanku, dia pukul-pukul lenganku tapi dia tidak berteriak-teriak atau melepaskan ciumanku.

Tidak berapa lama, dia mulai menjawab ciumanku. Lidah kami saling melumat. Lidahku mengusap rongga mulut atasnya yang bikin kepala si 'Allien' sampai mendongak ke atas (ciuman khas Iyan) sampai megap-megap. Kutarik dia masuk ke dalem toilet cewek yang ada di belakangnya. Irene sempat menarik tangannya. Agak memaksa, dapat juga kubawa 'Allien' masuk ke dalam toilet cewek (maklum lah, tenaga cowok kan lebih kuat).

"Iyaann..?"
Aku tidak kasih komentar waktu dia panggil namaku, langsung kulumat lagi bibirnya (eh yah kelupaan di dalam toilet cewek nih baunya kan tidak terlalu pesing seperti toilet cowok, semua juga tahu kan kalau toilet cowok sekolahan pasti gitu deh, mulai SMP, betul nggak..?).

Setelah ambil napas sebentar, kutunjuk satu kamar kecil di dalam toilet, Irene geleng-geleng kepala. Hehehe.. bukan nafsu dong kalau aku tidak langsung menarik Irene ke salah satu kamar kecil itu.

Di dalam aku sempat lihat Irene yang hanya melihatku dengan mata kecil sayunya itu. Aku tersenyum ke dia sambil tanganku mengusap pipinya lembut, dan dia malah merem sambil gerakin wajahnya seperti kucing kalau dielus. Kupeluk dan kucium rambut dia kuat-kuat, hmm.. wangi deh. Dengan sedikit menunduk (tubuhnya 159 cm dan 36B, proporsial dan sexy habis, montok gitu kalau orang yang lagi horny bilang) kembali kucium bibirnya, sekarang dia malah memelukku sambil ngusap-usap rambutku, hhmm.. good tasted. Aku paling suka kalau pas ciuman rambutku dielus-elus, asal jangan dijambak saja.

Setelah puas kerjain bibir 'Allien', aku turun ke leher jenjangnya itu. Kukecup dan hisap lembut. Sambil tetap mengusap rambutku, Irene mulai respon nih sepertinya, nafasnya mulai agak kedodoran juga waktu kucium lembut merata leher samping terus ke depan. Tanganku yang dari tadi melingkar di pinggangnya mulai pelan naik melewati semua lekuk pinggang, perut dan berhenti di pangkal lingkar buah dadanya yang masih tertutup kaos kerah ketat warna birunya. Kumainkan ibu jariku memutari pangkal lingkar bawah payudaranya.

Kurapatkan pelukan tangan kiriku dengan menarik lebih dalam tubuhnya, dan dia merespon sedikit menjauh saat bagian tubuh bawahnya yang tertutup rok hitam sedikit di atas lutut dengan belahan di pinggir kanan kirinya bersentuhan dengan si 'kecil' yang mulai menggeliat lembut dari tidur panjangnya. Cepat kudorong tubuhnya dengan sedikit agak nafsu (emang nafsu kok) sampai menyentuh tembok kamar toilet yang ada di belakangnya.

"Ooohh..!" Yah, hanya satu desahan itu saja yang Irene keluarkan saat tangan kananku mulai menyentuh lingkar indah di dadanya itu.
"So big to lick..!" kataku pelan.
(Huehehe.., pembaca mau nggak licking payudaranya Irene..? Langkahin dulu mayat dosen Statistikaku, baru kubayar pakai 'toket'-nya Irene.)
"What The..!! Apa-apaan nih?" tangan si 'Allien' tidak tahu bagaimana mulanya sudah ada di depan celanaku menangkap si 'kecil' yang karena pegangannya berubah jadi si 'bandot'.

"Irene..?"
"Hmm..? Kenapa? Surprisee..! Kamu kudu tanggung jawab Yan..!"
Hualaahh.. tidak disangka kalimat itu keluar dari bibir Irene sambil dia mulai membuka zipper celanaku. Setelah si 'kecil' lolos dari dalamku, Irene merosot ke bawah sejajar dengan si 'bandot'-ku.

"Huaa..! Kaya Power Rangers yah Yan..? Hihihi.. lucu, gagah.."
Astaga Irene, si 'bandot' bonggolku disamakan dengan Power Rangers, what a girl.. untung saja tidak dikatakan Tele Tubbies bersaudara, bisa-bisa ditaruh di lemari hiasnya dong.
"Hallo.. nama Chie-chie Irene, kamu namanya sapa..?" baru kali ini kemaluan diajak bercanda seperti Pokemon.
Belum menjawab candaan si Irene, si 'Power Rangers'-ku sudah hilang dimakan sama salah satu monsternya si 'Astronema' (musuh Power Rangers), yah si Irene ini.

"Huugghh..! Irenee..!" kaget aku berteriak kecil merasakan sentuhan lidah Irene.
Lidahnya tidak mau diam, terus menjilati kemaluanku, dan sekali-kali dihisapnya lembut, maju-mundur sambil tangannya mengurut sisa bonggol si 'bandot'. Huaa.. pokoknya ampuun deh, lembut sekali. Dengan lembut lidahnya membatasi geliat dari si 'bandot'. Dengan lembut pula dia mulai menurunkan celanaku lebih ke bawah (gila celana di bawah lantai toilet kan kotor, nyuci deh nanti) sambil mulai mengelus testisnya.

Kepala Irene miring sedikit ke kanan dengan mata melihat ke atas ke arahku yang lagi menunjukkan senyum yang paling horny (pernah tahu nggak senyuman model gini?). Terasa ngilu di seluruh kemaluanku. Aahh.., apalagi waktu lidah Irene mengusap ujung bawah si 'kecil'-ku, seperti jutaan sengatan listrik lemah mulai merayapi seluruh persendian urat-urat nadi di tubuhku, berpusat di daerah bertuliskan 'Awas Anjing Galak!' (baca: kejantananku). Meski tidak sepenuhnya masuk, tapi Irene terus saja memasukkan semua dan berusaha untuk menelannya lambat-lambat sambil lidahnya tidak pernah berhenti menjilati seluruh bagian kejantananku, ditambah lagi pijatan lembut tangannya di bawah testisku.

Waktu itu wajah Irene sangat bernafsu, matanya dipejamkan, sedikit peluh keluar dari dahi menuju ke pipinya. Bibirnya yang tipis berusaha selalu meresapi pelan-pelan tiap kali penisku masuk lebih dalam, dan dia akan menghisap kuat saat dia mengeluarkannya lagi, seperti tidak mau melepaskan si 'kecil,' benar-benar bikin cowok gila nih cewek.

"Aaagghh Irenee..! Udah Irene! Udah! Iyan mo sampe Reenn!" ampun deh, aku paling tidak kuat menahan kalau kemaluanku diserang terus-terusan sama blow job seorang cewek.
"Irene! Udah Reen! Lepasin! Jijik Ren! Udah! Aaahh..!"
Denyut dengan kejutan-kejutan statis terasa mulai menerpa semua jalan darahku, mulai dari urat saraf kemaluanku menuju seluruh cabang otak di dalam setiap tubuhku (aku cocok tidak jadi guru Biologi? Hihihi). Bersamaan dengan itu tubuhku pun menegang.

"Aagghh..! Irenee..! Aku dapat Reen.. Aaahhgg..!"
Sekitar 6-7 kali kedutan diikuti cairan segar kejantananku membanjiri mulut kecil si Irene ini tanpa dapat kulepas dari jepitan mulut dan tangan nakal si Irene. Dia tidak mau melepaskan si 'kecil' dan testisku dari serbuan bibir sexy-nya, seperti dibetot oleh vacum cleaner deh hisapannya tidak habis-habis, dan lucunya sempat juga terdengar gelegak tenggorokan Irene. "Waduuhh.. bener-bener nih cewek.. ditelen abis..!" kataku dalam hati.

"Haahh.. Hhh.." nafasku waktu itu benar-benar tidak karuan deh.
Si Irene malah senyum-senyum nih ke arahku sambil berdiri, "Gimana Iyan sayang..? Good tasted..?"
"God bless my little brother," sambil kuangkat kepala Irene yang senyum setelah ucapanku tadi.
"Your turn my little fella.." setelah cium bibirnya, (huueekk sisa sperma) aku merosot ke bawah masuk ke dalam rok hitam Irene (hih kaya Barongsai yah?).

Aku mulai mencium dari betis indah Irene dan menjilatinya bergantian kanan dan kiri. Tanganku? Tanganku tentu tidak hanya diam saja, melainkan meraba paha Irene. Ciuman dan jilatan itu mulai naik ke paha dalam, terus sampai ke pangkal paha. Kusentuh lembut celana dalamnya yang berwarna maroon (walaah tidak matching banget sama kaos birunya), kuusap dan gosok pelan bagian bawah lembah indah itu. Terangkat-angkat pinggang Irene diikuti rintih dan desis manjanya. Terasa basah dan lengket vaginanya meski hanya dari luar. Pangkal pahanya kuraba dan kuusap sambil lidahku mulai menjilat dan mencium kain penutup pusatnya itu. Nafas yang tersedak dan gelinjang badan Irene tidak dapat membendungku untuk berhenti memperlakukan kewanitaanya seperti itu.

"Hggh..! Haahh.. Ssshh..!"
Kupegang celana dalamnya dan pelan kuloloskan ke bawah, kutarik tubuhnya dan lepas sudah penutup terakhir yang ada pada kewanitaan Irene.

"What The..? Ireene..?" Benar-benar tidak dapat disangka deh kelakuan Irene, bagaimana tidak heran campur tertawa kalau kalian semua punya kesempatan melihat sosok kewanitaan Irene. Bayangkan saja, di sebelah kanan agak ke atas tepat sederetan dangan bulu-bulu pubic-nya yang tipis teratur terjaga rapih itu ada tatto yang benar-benar dapat membuat kita tertawa deh. Tatto-nya itu sebuah rambu larangan seperti 'No Smoking', tapi gambar cigarette-nya tuh diganti dengan tulisan 'BOYS.' Hueheheh.. terserah percaya apa tidak? Ini benar-benar surprise sekali buatku.

"Surprise is surprise like I said, right my fella..?"
Aku hanya tersenyum saja melihat gaya si Irene yang goyang dangdut sambil tolak pinggang mengarahkan kemaluannya lebih dalam ke mulutku.

Kubelai bulu-bulu tipis dan halus yang menutupi daerah paling terjaga kepribadiannya itu. Kewanitaan itu keliatan sudah sangat basah dan terasa berdenyut-denyut. Saat kucoba sentuh, tubuh Irene langsung terangkat tertahan. Kusentuh lagi dan kugesekkan jariku pelan melewati belahan kemaluan indah itu. Erangan kecil mengiringi gerak tubuh Irene.

Kubuka lebar-lebar paha Irene, kuberikan bahuku sebagai tumpuan kakinya agar dapat lebih leluasa aku menatap liang kewanitaannya. Kudekatkan kepalaku ke liang senggamanya. Tidak ada bau yang tidak enak sama sekali. Kujulurkan lidahku mengusap pelan dan lembut dari atas pubic hairnya menuju ke bawah. Kumasukkan lidahku sedalam-dalamnya ke dalam lubang kenikmatannya. Bau kewanitaannya semakin kuat tercium. Vaginanya benar-benar cepat sekali basah.

Tiba-tiba Irene menjambak rambutku dengan kuat, dan menggerakkan kepalaku naik turun di permukaan liang senggamanya dengan cepat dan agak sedikit kasar (nafsu kali dia yah?). Lalu dia menegang. Dengan jariku, secara terus menerus klitorisnya kusentuh, pelintir, lalu kugosok. Mulutku pun langsung menghisap liang kewanitaannya, sehingga suara yang dikeluarkan kali ini agak kuat diiringi dengan badannya yang terangkat kejang. Basah deh jariku waktu itu, aku belum sadar juga kalau si Irene ini mau 'nge-blow' (istilah orgasme Iyan).

Bersambung . . . .